Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Senin, 17 September 2012

Wis Seminggu neng Jepang Pak De karo Bu De akhire nemu restoran masakan Indonesia.
Pelayane Robot.
Robot teko nyedakki Pak De, terus ngomong :

“What is your nationality?”, robot takon.
“Indonesia” jare Pak De.
“Selamat datang”, jare robot nganggo bahasa Indonesia.
“Apa bahasa suku Anda?”, robot takon meneh.

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung.

Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.


Di sudut jalan sebuah kota, saat waktu menunjuk pukul 16.25 waktu setempat, duduk seorang nenek berusia kira-kira 60 tahun dengan mengenakan pakaian lusuh dengan rambut putihnya sedang menyodorkan sebuah baskom ukuran sedang berwarna biru kepada pengendara yang berhenti di lampu merah. Tak hentinya ia menyodorkan mangkok kecilnya kepada para pengendara, dan receh demi receh ia kumpulkan pada hari itu.
Tak lebih dari satu menit, lampu lalu lintas itu memancarakan lampu hijau, dan nenek itu pun kembali ke sudut jalan kemudian duduk sambil menunggu lampu merah kembali menghentikan para pengendara.
Jumat, 14 September 2012

Hari Minggu memang hari yang ditunggu-tunggu oleh semua anak asrama, termasuk diriku. Setelah seminggu lelah dengan rutinitas sekolah dan asrama, hari Minggu menjadi kesempatan yang baik untuk mudik dan liburan bersama keluarga.
Alhamdulillah, akhirnya sampai rumah juga, batinku.
“Ayah,Ibu….Sani pulang….!” Tak ada yang menyahut panggilanku.
            “cklek…,” kubuka pintu.
Aneh, pikirku. Tidak ada orang di rumah, tapi pintu tidak dikunci. Aku kemudian masuk dan mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Benar saja, aku menemukan sesuatu, buku agenda terbuka dengan pulpen di atasnya.
Selasa, 14 Agustus 2012

Matahari semakin meninggi,melewati atas kepala dan sedikit geser ke barat. Adzan dhuhur seharusnya sudah berkumandang 45 menit yang lalu, tapi aku dan Maulidya tidak mendengar adanya adzan. Bahkan jalan yang kita lewati masih belum menunjukkan adanya perkampungan. Yang nampak hanya pohon-pohon yang tinggi di kiri kanan jalan.
Kami terus berjalan melewati aspal-aspal berlubang, tapi belum juga menunjukkan adanya sebuah masjid atau mushola . Maulidya menginjak gas dan mempercepat laju motornya, berharap tak lama lagi menemukan sebuah masjid.
Tak lama setelah  ngebut akhirnya kita sampai di sebuah perkampungan. Maulidya memperlambat laju motornya. Mataku menoleh ke kanan kiri mencari bulan bintang dan kubah masjid.
“Li, di sebelah kiri sebelum belokan depan kayaknya ada masjid dah. Lihat itu tandanya kelihatan dari sini,” seruku memecah konsentrasi Maulidya menyetir.

“Tak..tak..tak..”
Dengan setengah berlari aku menyusuri koridor menuju kelas. Hingga langkah ini terhenti saat melihat seseorang yang disibukan dengan lembaran kertas tersebar diberbagai arah sekitar orang itu. Perlahan aku menghampiri sambil mencoba membantu membereskan kertas-kertas yang berada di hadapanku. Lalu menyerahkannya pada gadis berseragam putih biru mengenakan ransel berwarna pink yang sebaya denganku juga sudah tidak asing lagi.
“makasih “
Ucap Selly kecut,sambil langsung meninggalkanku saat itu
“Selly tunggu,,,nanti siang kita semua kumpul ditempat biasa ya..?”
Tanpa berkomentar, setelah sempat berhenti beberapa saat Selly melanjutkan langkahnya.

your TIME



Translate

Hot Posting

visitors

Followers